Minggu pagi, 21 Agustus 2011
Akhir pekan yang cerah, seperti biasa rutinitas pagiku di akhir pekan adalah lari-lari kecil disekitar tempatku tinggalku. Kususuri jalan-jalan komplek, udara masih terasa segar di pagi hari,jalan pun masih tampak lengang, karena memang belum banyak aktivitas yang dilakukan orang-orang.
Tak sengaja, pandanganku tertuju pada sesosok anak perempuan kecil, usianya sekitar 6 tahun, membawa sebuah karung besar (bahkan melebihi besar tubuhnya) yang berisi barang-barang bekas. Miris sekali aku melihatnya,
"sedang apa anak sekecil itu di jalan pagi-pagi begini" itu pikirku. Segera ku keluarkan telephone genggamku dan mengaktifkan kamera, aku ambil beberapa gambar anak itu.
Bergegas aku hampiri bocah itu.
"Hai, lg ngapain de?" Ku coba menyapa dia
"Lagi nyari kak (Mungkin maksudnya nyari barang bekas)" jawabnya
Senyumnya mengembang, tak menyiratkan sedikitpun ketakutan terhadap orang yang baru ia kenal. Menandakan dia telah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Duduk sini, kita ngobrol sebentar ya!!" Pintaku
"Umurnya berapa de, udah sekolah belum?" Kucoba bertanya lagi
"6 tahun ka, ngga sekolah, ngga ada uang untuk beli baju sekolah." Jawabnya
"Tinggal dimana?"
Lalu dia pun menyebut salah satu daerah di dekat tempat tinggalku.
"Tinggal sama orang tua?!"
"Ngga ka, sama temen-temen!"
"Loch memang orang tua kamu kemana?"
"kalo emak, meninggal ketabrak kereta waktu pulang nyuci dari rumah orang tahun kemarin, kalo Bapak aku ngga tahu, kata emak sich pergi dari aku masih bayi!"
Masha Allah, tersentak aku mendengar ceritanya. Di usianya yang belum beranjak dewasa, Allah memberikan cobaan yang begitu berat untuk hidupnya.
"Masha Allah, yang sabar ya de!"

"Trus kalo sakit terus aku bisa mati. Aku ngak pingin mati makanya aku kerja. Makanya aku ngak pingin sakit." Lanjutnya
Subhanallah, Perfect Answer. Tak terpikir olehku dia akan mengeluarkan jawaban seperti itu.
"Nah, kakak sendiri lagi ngapain, ko dari tadi aku lihat jalannya sambil ngelamun!" dia balik bertanya, rupanya dia juga memperhatikanku sejak tadi.
"hehe, biasa jalan-jalan aja" jawabku
"tapi ko sambil ngelamun jalannya?! yanya dia lagi
"gpp, kaka cuma lagi ada masalah sedikit!" jawabku seraya tersenyum
"Oh iya, kamu puasa?!" aku bertanya lagi padanya
"Ngga kak!"
"Kenapa?!"
"aku udah biasa kak, ngga pake bulan puasa juga aku emang udah terbiasa jarang makan, aku udah biasa laper kak, makanya ngga aneh lagi"
Hatiku merasakan kesedihan yang dia rasa, kuusap punggungnya sembari memberi dia semangat.
"Kakak juga dulu kaya kamu, emang sich ngga sampe tinggal dijalan, tapi dulu waktu kecil kaka juga pernah ngamen buat makan, nyemir sepatu buat jajan sekolah, semua kesusahan yang kita dapet jangan jadi alasan untuk kita tidak beribadah kepada Tuhan, Karena apapun rezeki yang kita dapet itu wajib disyukuri. Besok belajar puasa yaa!!"
"Iya kak Insha Allah"
Hari sudah beranjak siang, maka aku pun pamit kepada adik kecil teman baruku itu.
"Kakak pulang dulu yaa, udah siang!"
"Ia kak"

Yaa Rabb....
Hatinya mencerminkan dia ingin menjadi sukses, senyumnya mencerminkan kesyukuran telah diberi hidup, langkah kakinya mencerminkan usahanya yang takkan pernah berhenti hingga mencapai kesuksesan. Menjadi anak jalanan bukan pilihan hidupnya, tapi ketentuan hidup yang harus ia jalani.
Laa Tahzan Wa la Takhof, Innallaha Ma'ana... Kesuksesan akan kau jelang adikku.
Man Jadda Wa Jada
terkadang kita memang harus melihat ke bawah untuk belajar tentang kehidupan. sangat menyentuh :')
ReplyDeleteSpeechless...
ReplyDeleteT_T
ReplyDeleteYang jadi pertanyaan adalah seberapa besar peran kita pada mereka-mereka yang sangat membutuhkan uluran tangan dari kita :)
ReplyDeleteSemoga di mudahkan segala urusannya harap bagi yang mampu tolong di bantu
ReplyDelete