Puing-Puing Jembatan Rapuh

".... Yang aku lihat tingkat kesiapanmu belum cukup..."

Kata-kata itu terus terlintas dibenak Khairil, sepenggal kata sederhana, namun berpengaruh besar untuk hidupnya. Yaa, dengan kata-kata sederhana itu Aisyah memutuskan hubungan dengan Khairil lalu menikah dengan orang lain.

____________________________________________

Di depan teras kamar kost'nya, khairil duduk termenung, pandangannya kosong, sesekali air mata terlihat menetes dari kedua kelopak matanya. "Yaa Rabb, sedalam inikah perasaanku untuk dia. Jauhkanlah, jauhkanlah, sesungguhnya semua ini hanya membuatku lalai Yaa Allah. Cukupkanlah diriku dengan RidhoMu, Cukup KaruniaMu sajalah yang membuatku bertahan sejauh ini. Ampuni diri ini yang masih sering khilaf dalam berucap, masih dangkal dalam setiap ilmu. Bimbinglah aku agar kecewa ini tak berimbas dosa"

"Assalamu'alaikum..... wah, ngelamun aja pak!!" Tiba-tiba terdengar suara seseorang menyapa khairil, dan memecah lamunannya.

"Wa'alaikumsalam, eh kamu Den. Kalo diluar kantor jangan panggil aku Bapak, panggil nama aja biar lebih akrab, usia kita kan ngga beda jauh!!" Jawab Khairil kepada seseorang yang menyapanya, yang tidak lain adalah Deny, teman kantor khairil.

"Hehe... aku panggil abang aja yaa, ngga enak kalau panggil nama, abang ini kan atasanku" sahut deny.

"Yaudah terserah kamu aja, tumben kamu dateng ke kost'an aku. Ada apa ini, jangan bilang mau minta uang makan, kan baru hari Senin?!!" Khairil kembali menimpali dengan nada bercanda.

"Ah abang bisa aja, tadi kebetulan lewat bang, aku habis beli alat pancing trus lewat sini makanya aku mampir"

"Owh, kamu hoby mancing yaa?! coba lihat beli apa aja?! Tanya khairil sambil membuka bungkus kantong plastik yang dibawa deny.

"Cuma iseng aja bang, daripada bengong dirumah!!

"Aku tinggal bentar ya den, mau beli minum, kamu mau minum apa?!

"Apa aja deh bang"

Beberapa saat kemudian khairil kembali sambil membawa dua botol soft drink, dan makanan kecil....

"Hmmmmm..... Gini bang sebenernya, aku kesini dapet amanat dari kakak Sepupu aku, dan orang tuanya!!"

Khairil mengerutkan dahi tanda tak mengerti ucapan deny.

"Amanat apa den, siapa saudara sepupumu?!"

"Abang kenal Mey kan?!" tanya deny

"Mey yang mana ya?!" tanya Khairil, masih dengan dahi yang berkerut.

"Itu loch bang, yang dulu aku kenalkan di rumah, waktu walimahan adik perempuanku!!"

"Ohh... Maryam maksudnya?!!

"Ia Bang, teh Maryam!!

"Memang kenapa dengan dia?! Khairil kembali bertanya.

"Teh Maryam suka sama Abang, dan dia sudah menyampaikannya kepada orang tuanya, lalu orang tuanya mengutus aku untuk meminta abang melakukan ta'aruf dengan teh Mey!"

"Ta'aruf??? Maryam??? Kenapa Aku Den???" Jawab Khairil bertambah heran

"Aku cuma menyampaikan amanat bang, mereka mengundang abang Jumat malam nanti kerumahnya!!"

"Hufht.... Sebelumnya, sampaikan ucapan terima kasihku kepada keluarganya Maryam, Subhanallah... Kehormatan besar mereka memintaku menjadi bagian dari mereka. Tapi, jujur saja Den, untuk saat ini aku belum bisa memulai hubungan dengan perempuan manapun!!"

"Kenapa Bang?" Tanya deny

"Aku belum bisa jelaskan alasannya Den!" Jawab Khairil

"Ayolah bang, dicoba dulu, abang datang dulu kerumahnya, setelah itu terserah abang mau dilanjutkan atau tidak!!"

Khairil tertunduk, dalam hatinya bergumam "Yaa Allah, apa yang harus aku lakukan, hati ini belum mampu menerima sosok lain. Aku tak mau menyakiti orang lain dengan memberi harapan lebih kepada mereka. Tolong aku yaa Allah"

"Bang khairil... gimana bang, mau yaa bang, datang dulu kerumah teh Mey?!!"

Khairil menghela nafas sejenak, lalu menjawab pertanyaan Deny.

"Hufht.... Baik, Insha Allah Jumat malam nanti aku datang!!"

"Terima kasih ya bang. O ia, aku minta ijin mau kasih nomer handphone Bang Khairil sama teh Mey, boleh yaa bang?!"

"Yaudah, kasih aja"

"Udah sore bang, aku pulang dulu yaa. Jangan lupa kami tunggu Jumaat malam nanti!!"

"Ia, Insha Allah Den!!"


Setelah berpamitan Deny pun berlalu pulang, kini perasaan bingung menghinggapi Khairil, dia bingung apa yang harus dia katakan nanti dirumah Maryam....


______________________________________

I Don't wanna do this anymore.....

sepenggal lagu milik RIHANA yang menjadi Nada dering handphone khairil, menggugah khairil untuk beranjak dari tempat tidurnya....

_________________

"Assalamu'alaikum...." Suara lembut seorang akhwat diujung telephone menyapa khairil.

"Wa'alaikumsallam, maaf siapa ini?!" Khairil membalas salam.

"Aku mey, apa kabar khairil?!!"

Oh, mey.... Alhamdulillah baik mey. Waahhh... tumben mey telephone aku pantesan mendung dari tadi pagi. hehe..."

"Kenapa, ngga boleh yaa?! Hmm... kemarin deny ada datang ke rumah kamu yaa?!!"

"Hehe, boleh ko'.. Iya, kemarin deny datang kerumah. katanya kamu mau sampaikan amanat dari kamu?!"

"Trus?" Tanya mey singkat.

"Ya ngga terus-terus..." jawab Khairil


"Trus gimana, jum'at malam besok bisa datang?!" Mey kembali bertanya


"Insha Allah aku datang!"

"terima kasih yaa, semoga ada sesuatu yang positif dari pertemuan nanti!!" Ucap Mey dengan perasaan gembira

"Amiin, Insha Allah" jawab Khairil

"Yaudah aku tunggu jum'at malam nanti yaa... aku mau berangkat kuliah. Assalamu'alaikum" Ucap Mey mengakhiri pembicaraan

"Wa'alaikumsallam, hati-hati yaa!"



______________________________________



Jum'at 23 September 2011 20.00 WIB


Malam ini terang oleh sinar bulan, tak ada mendung menyelimuti malam. Khairil sudah terlihat rapi sejak sore tadi, namun Khairil masih terlihat kebingungan, entah apa yang ada dibenaknya.

“in kuntu ‘asyiqatul lail fa ka’si musyriqun bi dhau’ wal hubb al wariq…”

(jika aku pencinta malam maka gelasku memancarkan cahaya dan cinta yang mekar…)

Sepenggal bait petikan novel Diatas Sajadah Cinta karya Habiburrahman El shirazy, terlontar dari bibir Khairil, mengiringi langkahnya menuju kerumah Mey. Khairil nampak menyembunyikan kegalauannya sepanjang jalan, Hampir 30 menit lamanya perjalanan dari tempat kost Khairil menuju rumah Mey,

"Kiri depan bang...." Khairil berucap untuk menghentikan laju angkot yang dia tumpangi, Rumah Mey kurang lebih 300 meter dari jalan raya, maka terpaksa khairil harus sedikit berjalan kaki menuju rumah Mey.

Pintu Gerbang coklat, dengan dinding hijau muda, seakan menyambut kedatangan Khairil di depan rumah Mey.

"Assalamu'alaikum..." Khairil mengucap salam dengan sedikit berteriak, kurang lebih sekitar 5 menit khairil menunggu di depan, hingga terlihat sesosok laki-laki yang tak lain adalah deny.

"Wa'alaikumsallam, maaf bang agak lama. Orang-orang lagi diruang tengah semua, jadi kurang terdengar suara abang!!" Deny menjawab salam seraya membuka gerbang.

"Mari masuk bang, semua udah pada nunggu."

"Memang ada siapa aja den?!"

"cuma om, tante, teh Mey, sama Amel adiknya teh Mey usianya baru 10 tahun bang!"

"Owh." Khairil mengangguk perlahan

"Om, Tante, Nich dia tamu yang kita tunggu-tunggu.." Ucap Deny, membuat seisi rumah menoleh kearahnya.

"Owh, Khairil.. Apa kabar, mari duduk!!" sesosok lelaki setengah baya mengenakan sarung dan poloshirt, yang tak lain adalah ayah dari Maryam mencoba menyapa Khairil.

"Alhamdulillah baik Pak!!" Ucap Khairil sambil menyalami satu persatu mereka yang berada disana termasuk Maryam.

"Aku ke belakang dulu yaa, buat minum.." ucap Maryam sambil sedikit menundukan wajahnya.

Khairil tampak menoleh, dan memperhatikan wajah Maryam, hingga akhirnya dia berucap dalam hati

"Astaghfirullahaladzim.." Khairil langsung memalingkan pandangannya, dan sesaat kemudian dia bergumam dalam hati

"Subhanallah, Maryam cantik!"

Tak berapa lama kemudian Maryam keluar membawa minuman ditemani Ibu dan adik perempuannya.

"Nak Khairil kerja dimana?!" Tanya Ibu Maryam, membuka obrolan

"Aku kerja di suplier bu, dekat-dekat sini kok kantornya." Jawab Khairil

"Nak Khiril ini bagian apa?!" Ibu Maryam kembali bertanya

"Ah, cuma karyawan biasa bu..." Jawab Khairil, namun tampaknya Khairil agak kurang suka dengan pertanyaan Ibu Maryam, Khairil memang kurang suka ditanya hal-hal yang sensitif seperti pekerjaan dan gajinya.

Menyadari hal itu, Ayah Maryam segera mengalihkan pembicaraan.

"Khairil tahu kan maksud kami mengundang khairil kemari!"

"Ia, tahu pak!" Jawab Khairil sambil tersenyum kecil, sedangkan Maryam hanya tertunduk dan mendengarkan pembicaraan mereka,

"Seperti yang sudah disampaikan Deny, kami mengundang kamu kemari untuk satu keperluan, menyangkut masa depan putri kami Maryam. Dia sudah menyampaikan ketertarikannya terhadapmu kepada kami. Dan menurut Sunnah yang telah diajarkan, maka kami selaku orang tua Maryam, mengundangmu kemari untuk memintamu memulai taaruf dengan Maryam. Bagaimana denganmu Khairil?!" Ayah Maryam menjelaskan maksudnya mengundang Khairil

Khairil tidak menjawab, hanya terdiam, nampak seperti ada yang dia pikirkan. Mungkin dia tengah merangkai kata-kata yang hendak diucapkan agar tak menyinggung seorangpun disana. Seisi rumah dibuat bingung oleh sikap Khairil, terutama Maryam, berkali-kali Maryam terlihat memainkan ujung Jilbabnya. Cukup lama Khairil terdiam, hingga akhirnya.

"Pak, Bu, Den, Juga kamu Mey... Sebelumnya aku sampaikan ucapan terima kasih atas niat baik kalian. Subhanallah suatu kebanggaan kalian memintaku!! Tapi...." Khairil kembali terdiam

"Ada apa nak Khairil, Kamu sudah punya calon lain?!" Tanya Ibu Maryam, dengan raut wajah kebingungan. Sedangkan yang lain, terus memandangi Khairil dengan raut wajah yang sama dengan Ibu Maryam.

Khairil mengangkat wajahnya, matanya tampak sedikit berkaca-kaca

"Sebelumnya aku meminta maaf yang sebesar-besarnya, dengan sangaaat terpaksa dan berat hati, aku tidak bisa menerima maksud baik kalian. Maafkan aku, Pak, Bu, den, Dan kamu Mey, sekali agi maafkan aku!!"

Kini kedua mata Mey yang terlihat berkaca-kaca, keinginannya tidak akan terwujud.

"Apa alasannya Bang?" tanya deny

"Kenapa Nak Khairil, apa kamu mengajukan syarat tertentu untuk itu?" Ayah Mey melanjutkan

"Wallahi... bukan, bukan karena itu. sungguh aku tidak pantas berbuat demikian. Aku hanya laki-laki biasa, dari keluarga biasa, dengan pekerjaan dan gaji yang juga biasa. Tidaklah menjadi suatu kepatutan jika aku mengajukan syarat kepada kalian. Aku akan menjelaskan alasannya, tapi hanya kepada Mey. Jadi kalau boleh aku minta berbicara dengan Mey berdua, biar Amel menemani kami." jawab Khairil.

Mereka semua masih kebingungan, namun nampaknya mereka mencoba mengerti dengan permintaan Khairil. Maka, Ayah dan Ibu Mey juga deny, keluar meninggalkan Khairil untuk berbicara dengan Mey, ditemani Amel.

________________________________

Cukup lama mereka saling berdiam diri, hingga akhirnya. Mey membuka pembicaraan.

"Apa yang hendak kau jelaskan Khairi. Aku akan dengan senang hati mendengarkannya!"

"Hufht... sebelumnya maafkan aku ya Mey, mungkin aku membuatmu kecewa. Aku bingung harus mulai cerita darimana Mey!!"

"Kenapa begitu Ril?"

"Baik mey, aku mulai ceritanya. Beberapa waktu yang lalu aku sempat menjalani sebuah hubungan dengan seorang akhwat namanya Aisyah, dia sudah pernah menikah dan memiliki dua orang anak. Tapi, aku begitu sangat mencintainya.. Dulu, kedua orang tuaku sangat menentang hubungan kami, aku selalu berusaha meyakinkan mereka, tak mudah meyakinkan mereka, butuh waktu yang tak sebentar aku meyakinkan keluarga tentang status dia... Hingga akhirnya perlahan hati kedua orang tuaku mulai luluh, namnun bukan hanya orang tuaku yang menentang hubungan kami, sahabat-sahabat juga keluargaku yang lain juga demikian. Sehingga akupun harus meyakinkan mereka..."

"Lalu..." Mey meminta Khairil melanjutkan ceritanya

"Seperti halnya kedua orang tuaku, mereka pun luluh hatinya, Toh semua demi kebahagiaanku."

"Hingga pada akhirnya..." Khairil terdiam sesaat lalu mengeluarkan kalung yang tersembunyi dibalik bajunya, yang melingkar dilehernya. Dan melanjutkan ceritanya

"Kamu lihat ini Mey, disini tergantung sebuah cincin. Ini pemberian ibuku, mungkin harganya tidak mahal, tapiii... yang lebih bernilai adalah perjuangannya untuk ini. Asal kamu tahu Mey, ibuku itu seorang TKW di Malaysia, beliau sisihkan sedikit demi sedikit sisa gajinya sebagai TKW untuk membeli ini. Ini untuk akhwat itu.... Ibuku ingin aku meminangnya. Tanggal 5 September kemarin rencananya aku dan orang tuaku hendak melamarnya!"

"Jadi.... kamu mau menikah sama dia, selamat yaa Khairil!!" Ucap Maryam

"Tidak Mey, dia sudah menikah dengan orang lain, satu minggu menjelang ramadhan dia memutuskan hubungan kami, dan satu minggu kemudian aku dengar kabar dia sudah menikah. dia bilang rujuk dengan mantan suaminya!" Jawab Khairil

"Masha allah, yang sabar ya, lalu kamu ikhlaskan begitu saja dia pergi dengan orang lain?"

"Tidak Mey, aku sudah berusaha sekuat tenaga mempertahankannya, tapi dia bilang tingkat kesiapanku belum cukup. sakit rasanya Mey aku dengar alasannya itu. Tapi, aku tak mampu berbuat sesuatu. Itu pilihannya. Itu sebabnya aku belum bisa membuka hati untuk orang lain, aku tak mau sakit hati lagi dan menyakiti orang lain dengan menjadikan kamu sebagai pelarian. Maafkan aku yaa Mey!!"

Maryam tersenyum kecil lalu berkata

"aku mengerti sekarang alasanmu, Yang sabar yaa khairil, Pasti ada maksud lain dari Allah dibalik semua ini. Lalu bagaimana dengan hatimu kini?!

"Hufht.... Aisyah akan tetap menjadi Aisyah yang memiliki tempat disudut hatiku, biar saja sedikit do'a dan air mata ini yang menjadi penutup rangkaian cerita kami..."

"Yang sabar yaa!!" ucap Mey

"Terima kasih mey atas pengertianmu, ya sudah aku mau pamit, sudah mau larut malam, nanti susah angkutannya pulang kerumahku. Tolong panggilkan semuanya, aku mau pamit sama mereka."

"Baik, tunggu sebentar yaa!"

"Ayah, Ibu, Khairil mau pulang nich!!' Ucap Mey memanggil kedua orang tuanya untuk menemui Khairil

"sudah selesai Nak Khairil ngobrolnya?!" Tanya ibu Mey

""sudah bu, terima kasih. sudah mau larut malam, aku pulang dulu. Pak, aku pulang dulu, Den makasih ya undangannya!!"

Setelah berpamitan kepada mereka Khairil pun pulang.

_____________________.

Khairil berusaha keras membangun kembali puing-puing jembatan rapuh, yang pernah hancur diterpa badai. Badai yang tak pernah dia duga kedatangannya. Dalam kesendiriannya, dalam keterpurukannya....

No comments:

Post a Comment