Sakinah Bersamamu





Hidup itu terlalu singkat untuk merasakan kebahagiaan dan cinta kasih yang datang. Apa kabarnya cinta ketika 26 tahun sudah berlalu, masihkah sakinah menjadi mimpi? Masihkah harapan menjadi roda pacu yang akan menggerakkan bahtera itu?! sedangkan kita tahu tak ada yang sempurna diatas bumi Allah ini.


Jawabnya cuma satu : Belajar saling memahami

Mungkin tak akan menjadi kisah cinta sempurna. Tetapi hanya kisah dua anak manusia yang belajar menyempurnakan cinta. Belajar memberi, menerima, dan memperbaharui cinta hingga nanti menutup mata.

Lalu apa istimewanya?

Istimewa ketika dibangun diatas segala perbedaan, istimewa ketika berada diatas sejuta tentangan, istimewa ketika cinta itu menjadi satu-satunya yang tersisa diantara semua yang terlintas untuk berbuat atas nama hawa nafsu.

Hah...

Tapi teori selalu lebih mudah daripada prakteknya. Kata Saling Memahami cuma jadi satu topik ketika pertengkaran terjadi. Jika boleh aku memberi argumen, mungkin lebih tepat Memahami diri sendiri. Rasakan kekecewaanmu ketika orang lain membohongimu, maka kamu akan berpikir ulang untuk berbohong terhadap orang lain. Rasakan kesedihanmu ketika orang lain menyakitimu, maka tidak akan terlintas di benakmu untuk menyakiti orang lain.

Lalu setelah itu memahami hak dan tanggung jawab masing-masing

Untuk para istri : 

Pertama, MENJADI RATU RUMAH TANGGA SHALIHAH - Alangkah mulianya seorang wanita yang berjiwa qanaah, cermat dalam membelanjakan harta demi mencukupi suami dan anak-anaknya. Dahulu kala, para wanita kaum salaf memberi wejangan kepada suami atau ayahnya, begini, Berhatilah-hatilah engkau dari memperoleh harta yang tidak halal. Kami akan sanggup menahan rasa lapar namun kami tak akan pernah sanggup merasakan siksa api neraka.


Mantaf kalo Ibu-Ibu Muslimah seindonesia pada begitu.. Betul apa betul ?, Doain dah


Kedua, istri shalihah adalah istri yang berbakti kepada suaminya, mendahulukan hak suami sebelum hak dirinya dan kerabat-kerabatnya. Termasuk dalam masalah taat kepada suami adalah berlaku baik pada ibu mertua.


Ketiga, istri sebagai guru pertama bagi anak-anak, hendaknya mendidik mereka dengan pendidikan yang baik, memperdengarkan kata-kata yang baik, mendoakan mereka dengan doa yang baik pula. Semuanya itu merupakan implementasi bakti istri kepada suaminya.

Keempat, karakter istri dengan adab baik adalah tidak mengadukan urusan rumah tangga dan mengungkit-ungkit perkara yang pernah membuat diri si istri sakit hati dalam berbagai forum. Hal yang sering terjadi pada diri seorang wanita yaitu menceritakan keadaan buruk yang pernah menimpanya kepada orang lain. Seakan dengan menceritakan masalah yang melilit dirinya urusan akan terselesaikan. Namun yang terjadi sebaliknya, keburukan dan aib keluarga justru menjadi konsumsi orang banyak, nama baik suami dan keluarga terpuruk, dan jalan keluar tak kunjung ditemukan.


Kelima, tidak keluar dari rumahnya tanpa memperoleh izin terlebih dahulu dari suami. Mengenai hal ini, Nabi telah mewanti-wanti dengan bersabda, Hendaknya seorang wanita (istri) tidak keluar dari rumah suaminya kecuali dengan seizin suami. Jika ia tetap melakukannya (keluar tanpa izin), Allah dan malaikat-Nya melaknati sampai ia bertaubat atau kembali pulang ke rumah. (HR. Abu Dawud, Baihaqi, dan Ibnu sakir dari Abdullah bin Umar)



Untuk Para Suami:


Pertama, Menjadi Pemimpin Untuk Anak Dan Istrinya. Layaknya seorang pemimpin, harus mampu mengayomi yang ada dibawahnya. Terkadang pemimpin harus bersikap arogan, demi mencapai bahtera bahagia. Tidak terbayang ketika rakyatnya bersikap dzalim sementara pemimpin cuma berdiam diri menyaksikan kedzaliman itu. Naudzubillah...


Kedua, Memberi nafkah kepada keluarganya. Makan, minum, dan tempat tinggal misalnya.

Ketiga, Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) … ‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada Allah.

Keempat, Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan Bashri). Sebaliknya, Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan, walaupun secara paksa. (AIGhazali)

Kelima, berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)


Jika semua itu telah dipahami, masihkah ada keraguan tentang Sakinah itu

No comments:

Post a Comment